Jalannya Pemberontakan DI/TII – Perundingan Renville yang dianggap merugikan pemerintah Indonesia mendapatkan tentangan dari Sekarmadji Kartosuwiryo. Kartosuwiryo merupakan pemimpin Hizbullah yang berkuasa di daerah pedalaman Jawa Barat. Kartosuwiryo menolak memundurkan pasukannya ke Jawa Tengah. Sejak saat itu ia tidak lagi mengakui keberadaan Republik Indonesia. la berpendapat keluarnya pasukan Divisi Siliwangi dari Jawa Barat sama artinya wilayah itu telah diserahkan kepada Belanda. Oleh karena itu, saat para pemimpin pemerintah dan TNI pindah ke wilayah Republik Indonesia. Kartosuwiryo memilih tetap tinggal di pedalaman Jawa Barat bersarna para pengikutnya.
Kartosuwiryo kemudian membentuk gerakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII). Pada saat itulah muncul impian untuk mewujudkan mendirikan NJegara Islam Indonesia (NII). Cita-citanya diwujudkan melalui proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. N II berbentuk republik dengan Kartosuwiryo sebagai kepala negaranya.
Jalannya Pemberontakan DI/TII
Pengaruh DI/1-11 berhasil rnenyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan. dan Aceh. Wilayah Jawa Tengah yang terpengaruh oleh DI/T11 di antaranya Brebes, Tegal, dan Pekalongan. DI/TII di wilayah ini dipimpin oleh Amir Fatah. Di Kebumen juga muncul gerakan DI,711 pimpinan Kiai Moh. Mahfudz yang terkenal dengan nama Kiai Sumolangu. Gerakan DI/TII Jawa Tengah didukung oleh Batalion 426 sehingga memiliki kekuatan yang cukup besar.
Gerakan DI/1-11di wilayah Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakkar. Pada 1952 Kahar Muzakkar menyatakan bahwa daerah Sulawesi Selatan merupakan bagian dari NII yang diproklarnasikan Kartosuwiryo. Sementara itu, gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang merupakan seorang mantan anggota TNI. Ibnu Hajar menyatakan bahwa gerakannya merupakan bagian dari NII Kartosuwiryo di Jawa Barat.
Gerakan DI/TII di Aceh_dipimpin oleh Daud Beureueh. la pernah menjabat sebagai Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh sewaktu Agresi Militer Belanda I. Saat itu Daud Beureueh berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan. la rnengawali gerakannya dengan menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islarn Indonesia di bawah pimpinan Kartosuwiryo. Pernyataan proklamasi dilakukan pada 20 September 1953.
Sumber : Buku Sejarah Indonesia
Penerbit : Intan Pariwara